Menghargai Setiap Nikmat
|

Menghargai Setiap Nikmat Allah, Meski Kecil

Menghargai Setiap Nikmat Allah, Meski Kecil |“Jangan menganggap remeh nikmat Allah, meski itu sak upo, merasa tidak butuh, bisa jadi bala’ turun sebab hal itu. Kalau sampai membuang karena basi, maka itu bukannya tidak butuh tapi karena basi, tidak masalah.” (Abi Ihya)

Nikmat yang Allah berikan kepada kita beragam, dari yang tampak kecil hingga yang terlihat besar. Namun, yang perlu kita sadari adalah bukan seberapa besar nikmat tersebut, melainkan siapa yang memberikannya. Ketika kita menerima hadiah dari seseorang yang kita cintai, walau harganya tak seberapa, kita pasti berusaha menjaga dan merawatnya dengan baik. Ini karena yang kita pandang bukanlah barangnya, tetapi pemberinya.

Sama halnya dengan nikmat Allah. Jika kita benar-benar mencintai Allah, kita seharusnya menghargai setiap nikmat-Nya, apapun bentuknya. Entah itu besar atau kecil, kita semestinya merawat dan memanfaatkan nikmat tersebut dengan baik. Jangan sampai kita bersikap seolah-olah tidak butuh, sebab sejatinya kita selalu memerlukan kasih sayang dan nikmat dari Allah.

Islam bahkan mengajarkan kita untuk menjilati jemari setelah makan, sebagai tanda bahwa sekecil apapun nikmat itu, kita tidak berhak meremehkannya. Saat kita makan, misalnya, jika ada makanan yang jatuh dan masih bersih, sebaiknya kita ambil dan makan. Bapak ibu kita dulu bahkan sampai menjemur nasi sisa sebagai bentuk penghargaan terhadap nikmat Allah. Meskipun membuang makanan yang basi tidak apa-apa, tetapi lebih baik jika kita berniat untuk bersedekah kepada makhluk Allah lainnya ketika terpaksa harus membuangnya.

Perilaku dalam Mengonsumsi Nikmat

Hal yang menyedihkan adalah ketika seseorang tidak bisa mengukur kapasitas perutnya. Mereka mengambil makanan berlebihan, namun tidak mampu menghabiskannya. Di restoran, mereka memesan banyak makanan dan minuman hanya untuk mencicipinya tanpa menghabiskannya. Sikap seperti ini bisa menjadi sebab hilangnya nikmat dan datangnya kemiskinan. Oleh karena itu, jangan merasa gengsi untuk menghabiskan makanan yang kita pesan. Jika tidak habis, lebih baik meminta bungkus untuk dibawa pulang daripada membuangnya.

Ini bukan berarti kita rakus, tetapi agar makanan tidak terbuang percuma. Siapa yang akan memakan makanan bekas kita? Maka, penting bagi orang-orang kaya untuk sadar bahwa makan adalah kebutuhan, bukan gaya hidup. Bersikap sederhana dan pahami kapasitas perut masing-masing. Masih banyak di luar sana orang yang kesulitan untuk mendapatkan sesuap nasi.

Menghargai nikmat, sekecil apapun, merupakan bentuk cinta dan penghormatan kepada Allah. Tidak pantas bagi kita untuk meremehkan nikmat Allah dengan bersikap boros atau merasa tidak butuh. Sederhanalah dalam kehidupan, terutama dalam hal makanan, dan selalu ingat bahwa kita semua bergantung pada nikmat-Nya. Wallahu a’lam.