Pentingnya Menjaga Lisan
|

Pentingnya Menjaga Lisan dalam Ajaran Islam

Pentingnya Menjaga Lisan | Dalam ajaran Islam, menjaga lisan sangat penting. Nabi Muhammad ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda : “Cukuplah seseorang berdosa jika ia menceritakan semua yang didengarnya.” (HR Abu Daud 4984)

Makna Hadis

Lisan memiliki peran besar dalam menentukan nasib seseorang. Ia berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan isi hati. Seseorang yang mengucapkan kalimat syahadat dan menggunakan lisannya untuk kebaikan akan menyelamatkan dirinya. Namun, jika seseorang tidak mengendalikan lisannya, ia berisiko membawa bahaya atau bahkan kematian. Misalnya, ketika seseorang menyebarkan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya, ia menunjukkan kelalaian dalam menjaga lisan. Kita harus ingat bahwa tidak semua informasi itu benar. Imam Nawawi menekankan bahwa kita sering mendengar hal yang benar dan salah. Jika kita menyampaikan semua informasi yang kita dengar, kita berisiko menyebarkan kebohongan, karena kebohongan muncul saat seseorang menginformasikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Pentingnya Menjaga Lisan dan Tulisan

Kita harus mempertanggungjawabkan setiap perkataan yang kita ucapkan. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Jangan mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.”

Rasulullah ﷺ Tidak Menyukai “Katanya-Katanya”

Al-Mughirah bin Syu’bah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah melarang kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menuntut hak tanpa menunaikan kewajiban, tidak menyukai ‘katanya-katanya’, banyak bertanya, serta menyia-nyiakan harta.” Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan bahwa “katanya-katanya” menunjukkan keburukan berbicara terlalu banyak, karena hal itu sering memicu kesalahan. Selain itu, menyebarkan pendapat tanpa memastikan kebenarannya juga sangat berbahaya.

Pentingnya Menjaga Lisan di Era Digital

Peribahasa Jawa mengatakan : “Ajining diri ana ing lathi, yang berarti harga diri seseorang bergantung pada ucapannya. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang mewajibkan setiap Muslim menjaga lisan dan tulisan. Di era digital, menjaga lisan dan tulisan menjadi semakin penting, terutama di media sosial. Banyak orang menghadapi masalah hukum karena menyebarkan informasi yang salah, yang menyebabkan fitnah dan kerugian besar. Para ulama mengingatkan bahwa lisan bisa lebih tajam daripada pedang, karena kata-kata yang menyakitkan dapat meninggalkan luka batin yang mendalam.

Tips Agar Selamat dari Dosa Lisan

Rasulullah ﷺ berpesan : “Berkatalah yang baik atau diam.” Pesan ini mengingatkan kita untuk selalu berpikir sebelum berbicara.

Dalam Ihya Ulumiddin, Imam Ghazali menasihati kita agar menghindari percakapan yang tidak penting, tidak berbicara berlebihan, dan menjauhi debat yang sia-sia. Selain itu, Abi Ihya’ sering mengingatkan bahwa Malaikat Raqib dan Atid selalu mengawasi setiap perkataan kita. Ia juga mengutip ayat :

مَّا یَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَیۡهِ رَقِیبٌ عَتِی

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.

Menjaga Lisan dengan Wirid

Membaca Al-Quran dan memperbanyak zikir dapat membantu kita menjaga lisan. Ketika kita terus mengingat Allah melalui lisannya, kita akan lebih mampu mengendalikan ucapannya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik untuk menjaga lisan, agar kita dapat meraih ridha-Nya.