Keteladanan Usamah bin Zaid
|

Keteladanan Usamah bin Zaid dan Hikmah Peristiwa Umrah Qadha

Keteladanan Usamah bin Zaid | Usamah bin Zaid merupakan salah satu pahlawan Islam yang diakui. Rasulullah SAW memberikan gelar “Hibbu Rasulillah” (sahabat yang dicintai Rasulullah) kepada Usamah bin Zaid dan menyebut putranya sebagai “Hibbu Ibni Hibbi” (anak dari sahabat yang dicintai). Keduanya memiliki tempat istimewa di hati Rasulullah, sebagaimana terbukti dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satu peristiwa penting adalah ketika Rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan dalam perang besar. Saat itu, Usamah baru berusia 18 tahun, tetapi Rasulullah SAW mempercayainya untuk memimpin para sahabat besar seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Keputusan ini menunjukkan bahwa Rasulullah memilih berdasarkan kemampuan, bukan usia. Meski demikian, penunjukan ini sempat menuai keberatan dari beberapa sahabat, termasuk Ayyas bin Robi’ah, yang menganggap Usamah masih terlalu muda. Rasulullah pun menegur mereka dengan tegas, “Jika kalian mencacat kepemimpinan Usamah, maka kalian juga telah mencacat kepemimpinan ayahnya. Padahal dia adalah orang yang paling aku cintai, begitu pula anaknya, Usamah.” Rasulullah menyampaikan ajaran agar kita menghargai kelebihan seseorang daripada menilai dari usianya. “Rasulullah menyatakan: ‘Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.’” (HR Bukhari, Hadis No. 4251)

Rasulullah SAW melaksanakan umrah sebanyak empat kali sepanjang hidupnya, salah satunya adalah Umrah Qadha’. Umrah ini dilakukan setahun setelah Perjanjian Hudaibiyah, sebagai bentuk mengganti umrah yang tertunda akibat perjanjian tersebut. Saat itu, kaum Quraisy mengizinkan Rasulullah dan para sahabat memasuki Makkah selama tiga hari, sesuai dengan kesepakatan. Selama tiga hari tersebut, terjadi peristiwa menarik ketika Bintu Hamzah ingin ikut bersama Rasulullah. Namun, ia menjadi perdebatan di antara tiga sahabat, yaitu Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, dan Zaed bin Harisah. Rasulullah kemudian memutuskan bahwa Bintu Hamzah akan diasuh oleh bibinya, dengan alasan yang sangat kuat dan bijaksana.

Dukung Pembangunan Pondok Putri eNHa dengan Berwakaf

Dari berbagai peristiwa ini, ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Kepekaan terhadap Perintah Allah dan Rasul-Nya – Seorang hamba harus segera mengamalkan perintah Allah dan Rasulullah tanpa ragu. Kepatuhan ini menjadi ciri seorang Muslim sejati. Doa Mahabbah – Mu’adz bin Jabal diajarkan oleh Rasulullah untuk membaca doa: “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik” setiap selesai salat. Sifat yang Harus Dimiliki Da’i – Seorang da’i harus memiliki tiga sifat utama: jujur, ikhlas, dan semangat yang tak pernah surut. Selain itu, Rasulullah juga mengajarkan untuk selalu kembali kepada Allah saat menghadapi kesedihan atau kegagalan. Dengan memperbanyak shalawat, khususnya Shalawat Ummiyah, seorang Muslim dapat mendekatkan diri kepada Rasulullah bahkan hingga bermimpi bertemu beliau. Keteladanan Usamah bin Zaid

Semangat dan keteladanan Rasulullah dalam menunjuk pemimpin, mengelola permasalahan, dan memberikan nasihat kepada sahabat menjadi inspirasi bagi umat Islam sepanjang masa. Beliau mengajarkan bahwa usia bukanlah penghalang untuk menjadi pemimpin, asalkan memiliki kemampuan dan keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.