Rihlah Idul Adha
Tidak seperti pesantren umumnya, Nurul Haromain sengaja meluangkan waktu untuk ajang refreshing bagi para santri. Hal ini untuk menghilangkan kepenatan setelah sekian waktu dihadapkan pada medan dakwah yang menguras tenaga dan fikiran. Kegiatan refreshing ini dilakukan setahun sekali, biasanya tiap bulan Dzulhijjah dalam bentuk Rihlah Dakwah atau safari “ rekreasi “ dakwah dengan mengunjungi obyek wisata yang ramai dikunjungi orang. Selain sebagai media refreshing, program ini juga sebagai ajang “ uji mental “ santri. Sebelum berangkat, mereka harus mencukur rambut terlebih dahulu hingga plontos seperti perkumpulan Shaolin. Lalu mereka berangkat ke tempat wisata dengan kepala gundul. Di sana mereka melakukan bermacam – macam kegiatan yang bisa dinilai aneh oleh pengunjung. Biasanya mereka melakukan orasi di depan khalayak ramai, lalu disambung Diba’an, marawis, javin dan sebagainya. Di sinilah nyali dan mental mereka tertantang, dengan kepala plontos yang terkesan jelek,apakah mereka malu atau tidak beraksi di hadapan orang banyak? Di tempat wisata tersebut mereka menjalankan pengajian, sholat berjamaah, membaca wirid atau hizib, dan berbagai rutinitas pesantren lainnya. Hanya saja suasana terasa lebih rileks dan enjoy karena berada di lokasi wisata. Lebih dari itu biasanya disertai dengan acara bakar sate.