Tausyiah 5
|

Tausyiah 5 | Dengan Cara Apa Anda Ber-shuhbah?

Tausyiah 5 | Dzunnun Al Mishri berkata :

لاَ تَصْحَبْ مَعَ اللهِ إِلاَّ بِالْمُوَافَقَةِ وَلاَ بِالْخَلْقِ إِلاَّ بِالْمُنَاصَحَةِ وَلاَ مَعَ النَّفْسِ إِلاَّ بِالْمُخَالَفَةِ وَلاَ بِالشَّيْطَانِ إِلاَّ بِالْعَدَاوَةِ

“Jangan berteman akrab menuju Allah ta’ala kecuali dengan pandangan yang sama. Jangan berteman dengan akrab (bershuhbah) dengan makhluk kecuali dengan saling menasehati. Jangan bershuhbah dengan nafsu kecuali dengan perlawanan. Jangan bershuhbah dengan setan kecuali dengan permusuhan”.

Bershuhbah dengan Allah ta’ala dengan Ketundukan kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman :

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّـنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya“ .

Sungguh telah dikatakan :

لاَ تَغْتَرَّ بِظَاهِرِ إِنْسَانٍ حَتَّى تَعْرِفَ سَرِيْرَتَهُ

“Jangan tertipu performa manusia sebelum kamu mengerti hakikat dirinya”

Juga dikatakan :

إِنَّ الرِّجَالَ صَنَادِيْقُ مُقَفَّلَةٌ # وَمَا مَفَاتِيْحُهَا إِلاَّ التَّجَارِيْبُ

“Sesungguhnya orang-orang itu laksana kotak-kotak terkunci. Dan tiada kunci-kuncinya kecuali sekian banyak uji coba”

Bershuhbah dengan Manusia dengan Saling Menasehati dan Menabahkan Diri

Allah ta’ala berfirman :

وَالْعَصْرِ . إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran“

Allah ta’ala berfirman :

يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوا صْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan berjejaringlah serta bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.“ .

Dikatakan :

اصْبِرْ عَلَى مَضَضِ الْحَسُـوْ# دِ فَإِنَّ صَبْرَكَ قَاتِلُهُ
فَالنَّارُ تَأْكُلُ نَفْسَـــهَا # إِنْ لَمْ تَجِدْ مَا تَأْكُلُهُ

“Bersabarlah atas kepedihan karena orang yang iri hati, karena kesabaranmu pasti akan membunuhnya Sungguh api akan memakan dirinya sendiri apabila tidak menemukan sesuatu yang dimakannya”.

Bershuhbah dengan Nafsu dengan Perlawanan (Sehingga menjadi Lawwamah lalu Muthmainnah)

Allah ta’alaa berfirman :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيْ إِنَّ النَّفْسَ َلأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيْ إِنَّ رَبِّي غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang“

Yaitu nafsu yang selalu menyuruh kepada kejahatan. Ini adalah salah satu jenis nafsu. Di antara jenis yang lain ialah al lawwaamah, yaitu yang senantiasa dan seringkali mengkritisi dirinya sendiri ketika terjatuh dalam kemaksiatan.

Di antara jenis nafsu lainnya adalah al muthma’innah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya :

يَآأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِيْ إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً ؟ فَادْخُلِى فِى عِبَادِيْ وَادْخُلِى جَنَّتِي

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku” .

Nafsu jenis ini merasa tentram dengan keimanan dan membenarkan sepenuhnya akan janji Allah ta’ala. Nafsu jenis ini selamanya akan mendapatkan pertolongan menuju ketaatan dan membenarkan pertemuan dengan Allah ta’ala. Tausyiah 5

Dalam Burdah-nya, Imam al Bushiri mengatakan :

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى# حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ # إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصْمِ أَوْ يَصِمِ

“Nafsu itu seperti anak kecil yang jika kamu membiarkannya maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap suka menyusu (kepada ibunya). Tetapi jika kamu menyapihnya maka iapun bisa tersapih. Maka alihkanlah keinginan nafsu dan waspadalah jangan sampai memberinya kuasa, sebab sungguh selama hawa nafsu berkuasa niscaya ia bisa mematikan atau membuat kerusakan(menimbulkan kecacatan”

Nafsu lebih berbahaya daripada setan karena ia musuh dalam rupa seorang teman. Sementara manusia tidak pernah mewaspadai rekayasa teman sendiri. Jadi nafsu adalah musuh dalam selimut. Tausyiah 5

Bershuhbah dengan Setan dengan Permusuhan

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا . إِنَّمَا يَدْعُوْ حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ

”Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala“

Lihatlah apa yang dilakukan setan terhadap ayah kita Nabi Adam as dan isterinya Hawwa’. Ia telah bersumpah sesungguhnya ia bermaksud baik kepada keduanya sebagaimana difirmankan Allah ta’ala :

وَقَاسَمَهُمَآإِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِيْنَ

“Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua” Tausyiah 5

Lalu bagaimana terhadap kita? padahal terhadap kita ia telah bersumpah, seperti difirmankan Allah ta’a’la :

قَالَ رَبِّي بِمَا أَغْوَيْتَنِي َلأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ . إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ

“Iblis berkata : “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” .

Karena itulah Nabi Muhammad Saw memberikan peringatan kepada kita akan rekayasa setan dalam khutbah beliau ketika hajjatul wada’. Beliau bersabda :

…أَلاَ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِى بِلاَدِكُمْ هَذِهِ أَبَدًا وَلَكِنْ سَتَكُوْنُ لَهُ طَاعَةٌ فِيْمَا تَحْتَقِرُوْنَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ فَسَيْرضَى بِهِ

“…Ingat, sesungguhnya setan telah berputus asa untuk bisa disembah di negeri-negeri kalian ini selamanya. Tetapi akan ada ketaatan kepadanya dalam amal-amal yang kalian anggap remeh sampai akhirnya setan pun rela dengan hal itu” Tausyiah 5

Dalam riwayat lain :

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ مِنْ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّوْنَ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيْشِ بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk bisa disembah oleh orang-orang yang shalat, tetapi (ia masih berharap) membenturkan di antara mereka”

Dalam kitabnya, Bustanul Waa’izhiin Wa Riyadhus Saami’iin hal 13, Ibnul Jauzi menyebutkan riwayat dari Nabi Muhammad Saw bahwa sesungguhnya beliau saat hajjatul wada’ berkhutbah yang artinya :

“Wahai manusia, sesungguhnya aku mengharapkan kebaikan untuk kalian dan lagi bisa dipercaya. Ingat sesungguhnya Iblis telah berputus asa dari kalian. Akan tetapi demi Dzat yang mengutusku dengan hak, Iblis, semoga Allah melaknatnya, pasti akan menjadikan kalian menyembah seribu tuhan. Seseorang menyembah untanya, orang lain menyembah isterinya, orang lain menyembah kambingnya, orang lain menyembah tanaman pertaniannya, orang lain menyembah perdagangan (bisnisnya), orang lain menyembah hasil karyanya, orang lain menyembah kendaraannya, dan orang lain menyembah temannya. Seseorang bertanya kepada yang lain : “Bagaimana keadaanmu?” maka temannya menjawab : “Jika bukan karena perdaganganku maka tak ada keadaan (menyenangkan) bagiku”. Ia berkata: “Andai bukan karena pertanianku” orang lain berkata : “Andai bukan karena isteriku” orang lain berkata : “Andai bukan karena kendaraanku” orang lain berkata : “Andai bukan karena temanku” sehingga setan melalaikannya dari mengingat Tuhannya dan membuatnya kepayahan dalam urusan dunianya serta memutuskannya dari Akhiratnya_….” Tausyiah 5

Hadits tersebut sejalan dengan firman Allah ta’ala :

وَمَا أَنْسَانِيْهُ إِلاَّ الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ

“…dan tidaklah melupakan aku untuk melakukan hal itu kecuali setan… “

Maha Benar Allah ta’ala yang berfirman :

وَخُلِقَ اْلإِنْسَانُ ضَعِيْفًا

“…dan sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah”

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيْفًا

“…sesungguhnya rekayasa setan itu lemah “

Adalah dua hal yang lemah jika bertarung maka masing-masing keduanya tidak memiliki penolong untuk bisa mengalahkan lawannya. Lalu Allah ta’ala memerintahkan manusia yang lemah agar memohon pertolongan kepada Tuhannya yang Maha Lembut dari rekayasa musuhnya yang lemah agar Dia Memberinya perlindungan dan pertolongan untuk bisa mengalahkan musuh dengan selalu berdzikir kepada-Nya sebagaimana dikatakan :

الْعَبْدُ فِى كَنَفِ اللهِ وَحِفْظِهِ # مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ غَوِيٍّ سَاهِ
إِنْ عَاذَ بِالرَّحْمنِ عِنْدَ صَبَاحِهِ # وَكَذَاكَ إِنْ أَمْسَى بِذِكْرِ اللهِ

“Seorang hamba senantiasa dalam lindungan dan penjagaan Allah dari setiap setan yang sesat dan lalai. Jika ia memohon perlindungan kepada Sang Maha Pengasih di waktu paginya dan begitu pula di waktu sorenya dengan berdzikir kepada Allah”

=وَاللهُ يَتَوَلَّى الـْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=