Tausyiah 3
|

Tausyiah 3 | Tips Membuka Hati dan Meraih Simpati

Tausyiah 3 | Allah ta’ala berfirman :

وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا…

“ …dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian sehingga karena nikmatNya kalian menjadi saling bersaudara…”

Sebagai karakter dari hasil Tarbiyah dan Takwin, seorang muslim hendaknya senantiasa berputar dan menjalani hidup dalam bingkai dan lingkup amal-amal shaleh yang membawanya betul-betul dekat kepada Allah ta’ala serta membukakan rasa mencintai di hati manusia. Di antara amal-amal shaleh itu ada beberapa hal yang membuat hati terpesona dan terbuka untuk mencintai serta jauh dari rasa dengki, dendam dan kebencian. Hal yang dimaksud adalah seperti berikut :

  • Menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat agar setiap pihak yang memiliki kemampuan, ikut serta dan ambil bagian tanpa ada rasa saling berbangga-bangga dan ingin mendapat popularitas. Hal ini terkait dengan universalitas sabda Rasulullah Saw :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْـئًا وَمَنْ دَعَا إِلَي ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِـعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْـئًا

”Barang siapa menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala sepadan dengan pahala orang-orang yang mengikutinya, sedikitpun itu tidak mengurangi pahala mereka. Barang siapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa sepadan dengan dosa orang yang mengikutinya, sedikitpun itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka”

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri“ Tausyiah 3

  • Bersikap memudahkan (Taisiir) dalam segala urusan. Sebab sikap inilah yang menjadikan seorang hamba mendapat keridho’an Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :

يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah Menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak Menginginkan kesulitan bagi kalian“ Tausyiah 3

Rasulullah Saw bersabda :

عَلِّمُوْا وَيَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Ajarkanlah (yang kalian ketahui), permudahlah dan jangan mempersulit. Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya ia diam“

Sesungguhnya mempersulit dan membuat semua urusan menjadi rumit merupakan sikap yang tidak menampak kecuali pada diri orang-orang yang bermoral labil, berkarakter keras dan kikir serta adanya kesalahan atau kekurangan dalam menjalani Tarbiyah Suluknya (perilaku atau akhlaknya). Ini berbeda dengan seorang muslim yang terbina dengan baik, maka sama sekali ia tidak mengenal membuat urusan repot, enggan dengan kerumitan, dan tidak menjadi penghalang kelancaran urusan dan kebaikan karena mengambil petunjuk dari akhlak Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah ra bahwa :

مَا خُيِّرَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله علَيْهِ وَسَلَّم بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ …

“Rasulullah Saw tidak pernah sekalipun diminta memilih antara dua perkara kecuali mengambil yang paling mudah di antara keduanya. (tentu saja) selama itu tidak dosa. Jika dosa maka beliau adalah manusia yang paling menjauh…“

  • Idkhoolus Suruur, berusaha membuat hati orang lain senang. Seorang pribadi yang terbina tentu memiliki semangat tinggi menyebar kegembiraan dalam lingkungan tempat tinggalnya. Menciptakan kedamaiaan, sikap saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Sungguh betapa banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh seorang muslim untuk bisa menyenangkan saudaranya. Misalnya ucapan yang baik, senyum memikat, pergaulan yang baik, kabar gembira, kunjungan dan pemberian yang tulus, membagi-bagi makanan, saling memberi hadiah dan mengobati kekecewaan (Jabrul Khothir) dan lain-lain. Karena itulah Islam memberikan janji kegembiraan yang lebih besar pada hari kiamat bagi siapa saja yang memberikan kegembiraan kepada orang lain. Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ بِمَا يُحِبُّ اللهُ لِيَسُرَّهُ بِذَلِكَ سَرَّهُ الله عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang bertemu dengan saudaranya muslim dengan (membawa) sesuatu yang disukai oleh Allah semata untuk menyenangkan saudaranya maka kelak pada hari kiamat ia akan mendapat kesenangan dari Allah“

  • Berbaur dan bersabar jika disakiti Dalam hikmah dikatakan : “Manusia itu bermacam-macam“. Hal ini karena model dan warna manusia tidak selamanya sesuai dengan watak, kecenderungan dan keinginan Da’i. Di sana banyak sekali tipikal manusia yang kontras dengan keinginan dan harapan Da’i. Sungguh manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti. Karena itulah seorang Da’i harus bersabar disakiti, bersikap luwes dalam bergaul, beradaptasi (Mudaaroh), mengantisipasi keburukan serta tetap mengarahkan obyek dakwah kepada kebenaran yang dia perjuangkan. Tak boleh bersikap keras dan kasar sebab dia adalah pemegang peranan (Shahib Qadhiyyah), pengawal risalah (Ro’id Risalah) dan Penyampai dakwah. Tak ada alasan untuk mengisolir diri dan menjauh dari khalayak meski jiwa tertindih kebosanan, perasaan sulit dan kepayahan. Karena itu semua, guna menguatkan hati dan meneguhkan kaki maka pertunjuk Nabi Saw menyatakan bahwa orang yang tabah berjalan di jalan dakwah lebih baik daripada orang yang tidak tabah.

الْمُؤْمِنُ الَّذِى يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang berbaur dan bersabar disakiti orang lebih baik daripada orang yang tidak berbaur dan tidak sabar disakiti” Tausyiah 3

Abu Darda’ ra berkata :

إِنَّا لَنَكْشِرُ فِى وُجُوْهِ أَقْوَامٍ وَقُلُوْبُنَا لَتَلْعَنُهُمْ

“Sesungguhnya kami selalu tersenyum di hadapan suatu kaum meski sebenarnya hati kami melaknat mereka“

Betapa seorang Da’i sangat butuh untuk berdiri dan berteduh di bawah naungan arahan-arahan Nabi Muhammad Saw (Taujihaat Nabawaiyyah) di atas dalam rangka membuka hati manusia (obyek dakwah) serta meraih simpati dan kecintaan dari mereka sebagai perwujudan do’a yang harus dibarengi dengan usaha nyata : “…dan jadikanlah saya dicintai dalam hati para hamba-Mu, mulia dalam pandangan mereka, memiliki kedudukan di dunia dan akhirat dan (jadikan saya) termasuk al Muqorrobiin”

= وَاللهُ يَتَوَلَّي الْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه =