Hadits ke 15
|

Hadits ke 15 | Karat Hati

Hadits ke 15 Rosululloh Bersabda :

رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ قِيْلَ: يَارَسُوْلَ اللهِ, وَمَاجَلاَؤُهَا؟ فَقَالَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ

Diriwayatkan dari ibnu umar beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya hati ini bisa berkarat seperti halnya besi”, lalu beliau di tanya : “bagaimana cara untuk menjernihkannya wahai Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda : “Membaca alqur’an dan ingat akan kematian”. [HR. Baihaqi 1859]

Pentingnya Hati Bagi Jasad

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain kerana dilengkapi tiga unsur utama yaitu jasmani (bentuk fisik), rohani dan nafsani (kejiwaan). Allah taala berfirman :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ …٧٠

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam…” (QS. Al Israa’ : 70)

Unsur Jasmani adalah bentuk fisik manusia terdiri dari anggota badan yang tampak yang bisa dilihat dengan kasat mata, melalui proses perkembangan yang bisa diukur, mampu bergerak dan digerakkan serta bersifat material. Hadits ke 15

Unsur rohani mempunyai ciri kebalikan dari jasmani. Ia bersifat abstrak, multi dimensi yakni, tidak dibatasi ruang dan waktu dan menjadi penggerak utama bagi jasad manusia.

Unsur Nafsani adalah satu unsur yang menjadi penghubung di antara jasmani dan rohani manusia. Unsur nafsani terbagi pada tiga bagian yaitu al-aql (akal), al-qalb (hati) dan al-nafs (nafsu). Di antara ketiga elemen nafsani ini, hati (al-qalb) bertanggungjawab dalam menolong, mengawal dan mengendalikan struktur dan elemen jiwa yang lain-lain.

Hati adalah inti dari jasad. Hati diibaratkan raja, sedang aggota badan adalah prajuritnya. Bila rajanya baik, maka akan baik pula urusan para prajuritnya. Begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam Islam amalan hati memiliki kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar daripada amalan badan. Sebagaimana dosa hati lebih besar daripada dosa badan. Oleh karena itu kita dapati, Iman bisa menjadikan seseorang kekal di surga sekalipun ia hidup hanya 60 tahun; niat lebih baik daripada perbuatan; dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada dosa zina, riba, minum khamr, judi dan sebagainya.

Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda :

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).

Jika hidayah sudah hinggap di hati seseorangi, maka seluruh anggota badannya akan menjadi ringan untuk berbuat baik.

Sejak dahulu orang-orang shalih takut jika hati mereka disibukkan oleh selain Allah. Jika hati mereka tertarik dengan urusan dunia dan hawa nafsunya menyukai, maka mereka segera meninggalkan urusan itu, karena kesiibukan menghasilkan rasa cinta, jika hati sudah tertarik pada dunia maka akhirat menjadi tidak menarik.

Karakter hati yang selalu berubah

Karena sifat dasarnya yang berubah-ubah, maka seperti itu pula ia akan mengikuti jejak perjalanan hidup manusia dari lahir hingga wafatnya. Doa terbaik untuk mengobati hati dari segala yang membahayakan, segala yang menjadikan nilai berkurang, menjadikan hati keras dan berkarat adalah doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah ﷺ

يا مثبِّتَ القلوبِ، ثبِّت قلوبَنا على دينِكَ

“Wahai Dzat yang maha menetapkan hati, tetapkanlah hati kami pada agamamu”

Saat Sayidah Aisya ra bertanya mengapa Rasulullah memperbanyak doa itu, Rasulullah menjawab “Wahai Aisyah, siapa yang bisa menjamin keamanan hatiku, sementara setiap para hamba tidak ada satu hati pun kecuali ia berada di antara dua jari dari Jari-Jemari Rabb semesta alam”. Oleh sebab itulah Rasulullah memperbanyak doa tersebut. Abina KH. M. Ihya Ulumiddin mewajibkan santrinya untuk senantiasa membaca doa tersebut pada rakaat terakhir sebelum salam

Macam-Macam Hati

Al-Qur’an telah mengklasifikasikan beragam jenis hati, agar manusia bisa memantau dalam posisi manakah hatinya kini berada, untuk kemudian bisa merubahnya menjadi bagian dari hati yang baik. Adapun klasifikasi Al-Qur’an dengan varian maknanya masing-masing. Setidaknya terdapat dalam dua puluh jenis, yang dari dua puluh tersebut, 8 (delapan) di antaranya menunjukkan potensi hati yang baik, sisanya menunjukkan potensi hati yang buruk.

Adapun ke dua puluh jenis hati yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

Hati yang baik :
  • Hati yang Salim yang suci. “Yaitu hati yang ikhlas dan kosong dari sifat kufur, munafik, dan kotoran,” (Asy-syuara : 89).
  • Hati yang Munib yang selalu inabah. “Yaitu hati yang selalu kembali dan tazkiyah taubat kepada Allah dengan selalu mengerjakan perintah-Nya,” (Qaff : 33).
  • Hati yang Mukhbit yang tunduk. “Yaitu hati yang selalu patuh merendah yang tenang dan lapang Sakinah,” (Al-hajj : 54).
  • Hati yang Wajal yang bergetar. “Yaitu hati yang selalu takut kalau tidak mengerjakan perintah dan tidak selamat dari azab,” (Al-Mukminun : 60).
  • Hati yang Taqiy yang bertakwa. “Yaitu hati yang selalu mengagungkan syiar Allah,” (Al-hajj : 32).
  • Hati yang Mahdiy yang diberi hidayah. “Yaitu hati yang selalu ridho dengan takdir Allah dan berserah atas perkara nya,” (At-taghabun : 11).
  • Hati yang Muthmainnah yang tenang. “Yaitu hati yang selalu mantap dengan ke Esaan allah dan terus berdzikir,” (Ar-ra’ad : 28).
  • Hati yang Hayyu yang hidup. “Yaitu hati yang kasyaf dari seluruh kejadian yang dialami oleh manusia,” (Qaaff : 37).
Hati Yang Tidak baik, hatus segera ada penanganan:
  • Hati yang Maridh yang sakit. “Yaitu hati yang kena penyakit seperti ragu, munafik, yang didalamnya ada ilham fujur mendorong kepada syahwat haram,” (Al-ahzab : 32).
  • Hati yang A’maa yang buta. “Yaitu hati yang tidak bisa melihat kebenaran dan ibrah dari bashirahnya,” (Al-hajj : 4).
  • Hati yang Lahiy yang lalai. “Yaitu hati yang selalu lena dari alquran. Selalu sibuk dengan kebatilan dunia dan syahwatnya,” (Al-anbiya : 3).
  • Hati yang Atsim yang berdosa. “Yaitu hati yang menyembunyikan kesaksian terhadap kebenaran,” (Al-baqarah : 283).
  • Hati yang Mutakabbir yang sombong. “Yaitu hati yang tidak mau mentauhidkan Allah dan ketaatanNya. Banyak melakukan kezaliman dan permusuhan,” (Ghafir : 35).
  • Hati yang Ghalidh yang kasar. “Yaitu hati yang dicabut rasa empati dan kasihan kepada sesama,” (Ali Imran : 159).
  • Hati yang Makhtum yang terkunci. “Yaitu hati yang mendengar nasehat tapi tidak melaksanakan nasehat,” (Al jatsiyah : 23)
  • Hati yang Qaasiy yakni hati yang keras. “Yaitu hati ugal tidak memiliki kelembutan untuk iman dan tidak pernah berbekas ancaman dan berpaling dari zikir kepada Allah,” (Al maidah : 13).
  • Hati yang Ghaafil yang Lalai. “Yaitu hati yang tidak dzikir memilih Hawanya dari pada taat nya,” (Al Kahfi : 28).
  • Hati yang Aghlaf yang terhijab. “Yaitu hati yang tertutup tidak mau menerima nasehat dari Hadits Rasulullah,” (Al baqarah : 88).
  • Hati yang Zaa-igh yang miring. “Yaitu hati yang selalu condong kepada selain kebenaran,” (Ali imran : 7).
  • Hati yang Murib yang selalu ragu. “Yaitu hati yang tidak ada kepastian selalu goyang,” (At-taubah : 45).

Selain dua puluh jenis hati yang disebutkan Al Quran di atas, ada juga model hati yang sakit yang disebutkan oleh Rasulullah ﷺ, yaitu hati yang berkarat. Hati bisa berkarat sebagaimana besi, sehingga tidak lagi kuat, ia menjadi rapuh dan membahayakan pemiliknya. Sementara yang bisa menghilangkan karat itu adalah dua hal, sebagaimana yang tertera dalam hadits di atas, yaitu tilawah alquran dan mengingat kematian. Hadits ke 15

Tilawah Al-Qur’an

Apa yang dimaksud dengan tilawah alquran ?

Ada tiga pengertian, : Qiroah, Membaca Alquran secara umum, yakni sebagaimana dalam ilmu Tajwid yang kemudian ada tiga model bacaan, yaitu Tartil, Hadr dan Tadwir. Ittiba’, Mengikuti petunjuknya, sebagaimana firman Allah

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُوْلَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمن يَكْفُرْ بِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ [البقرة:121]

Dalam kitab Tafsir Atthabari dan Ibnu Katsir, Ibnu Mas’ud berkata : “Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, maksud Haqqo Tilawah adalah mengahalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur’an, mengharamkan apa yang diharamkan olehnya, membacanya sebagaimana yang diturunkan oleh Allah, tidak merubah dari tempatnya, juga tidak mentakwil sesuatu dengan yang bukan takwilnya”. Pendapat ini juga senada dengan Qotadah.

Terus, yakni membaca secara terus menerus, rutin dan istiqamah, sekalipun sedikit. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abina KH. M. Ihya’ Ulumiddin. Setiap kali khatam, ia akan mengullanginya lagi, dan seperti itu terus. Dengan demikian, tanda seseorang yang mengerjakan tilawah adalah dia mempunyai jadwal kapan harus khatam Al-Qur’an dan target tertentu untuk khatam.

Dari tiga pengertian tilawah diatas, bacaan Al-Qur’an bisa disebut tilawah dan berfungsi bisa menghilangkan karat hati adalah sebagai berikut :

  • Bacaannya sesuai dengan kaidah Tajwid, baik dengan tartil, hadr atau tadwir
  • Mengikuti petunjuknya, bukan menyesuaikan nafsunya
  • Tidak merubah bacaan dari semestinya (lahn)
  • Tidak mentakwilkan artinya secara sembarangan
  • Memiliki jadwal rutin target khatam
  • Mengingat Kematian

Hadits ke 15 | Sedangkan Mengingat kematian ini merupakan petuah besar dalam Islam. Jika saja setiap orang sebelum mengerjakan sesuatu ingat terlebih dahulu bahwa dia akan meninggal, akan bisa dipastikan amal perbuatannya pasti positif. Mengingat kematian akan menjadikan hati seseorang ingat akan perjalanan panjang, tidak ada batas, tidak ada pilihan, dan tidak tahu nasib dirinya, dengan demikian hatinya menjadi ingat dan sadar, hatinya menjadi bersih dan kuat. Sebagaimana besi, karat-karat cinta dunia akan segera rontok dan hilang tanpa bekas.

Rasulullah bersabda :

كفى بالموت واعظا

“cukuplah kematian sebagai petuah” (HR. Baihaqi 10556)

Kendatipun bahwa mati adalah sebuah keniscayaan dan akan menghampiri setiap yang punya nyawa, namun setan dan penolongnya mampu mengibul manusia sehingga lupa akan kematian tersebut. Hadits ke 15

Islam sendiri sangat menganjurkan agar setiap orang agar mengingat kematian, diantaranya adalah dengan adanya ajaran :

  • Menjenguk orang sakit, karena umumnya orang meninggal didahului oleh sakit
  • Mengerjakan adab tidur yang sedemikian rupa agar ingat bahwa tidurnya adalah perumpamaan kematiannya. Bahkan bisa jadi tidak akan bangun lagi dan mati selamanya
  • Anjuran untuk mensholatkan jenazah dan mengikutinya sampai liang lahat, agar dia tahu bagaimana orang meninggal yang tidak bisa berbuat apapun, bahkan untuk jalan sendiri hati dipikul oleh sekian banyak orang. Selain itu, ketika sudah sampai di liang lahat, dia akan melihat bagaimana jasad yang terdiam itu ditimbun kayu dan dipenuhi dengan tanah. Sementara di dalamnya dia sendirian dan hanya berada di ruang yang sangat sempit.
  • Ziarah kubur
  • dan masih banyak lagi yang lainnya.

Itulah dua hal yang bisa menghilangkan karat hati sehingga hati menjadi kuat dan kokoh seperti besi yang kuat. Kita bermohon kepada Allah semoga kita senantiasa diberikan pertolongan untuk bisa melakukan tilawah Al Quran dan senantiasa mengingat kematian, dimanapun dan kapanpun, sehingga amal perbuatan kita menjadi positif dan maksimal Hadits ke 15

والله يتولى الجميع برعايته

Oleh : Ust.Bahruddin Thohir
Sekretaris Umum
Ma’had Nurul Haromain