Sedekah Pohon
Sedekah Pohon, Dalam kasus Nabi Adam as, manusia langsung diciptakan oleh Allah dari tanah. Sementara anak-anak keturunan Nabi Adam as juga diciptakan dari unsur-unsur tanah dari saripati makanan yang tumbuh dari tanah. Maka kehendak Allah mengatur rizki manusia juga kebanyakan berasal dari tanah. Hal ini seharusnya sudah bisa menjadi dorongan kuat bahwa apabila ingin sejahtera dan cukup pangan maka sebuah komunitas harus gemar bercocok tanam. Harus terus berupaya meningkatkan kwalitas dan kwantitas pangan. Nabi Adam as sendiri sebagai manusia pertama dan induk seluruh jenis manusia, telah diajarkan oleh Allah untuk bercocok tanam. Artinya sejak semula karakter yang dikehendaki oleh Allah untuk manusia adalah agar menjadi seorang yang produktif dan tidak hanya konsumtif. Ibnu Abbas ra berkata :
كَانَ دَاوُدُ زَرَّادًا وَكَانَ آدَمُ حُرَّاثًا وكَانَ نُوْحٌ نَجَّارًا وَكَانَ إِدْرِيْسُ خَيَّاطًا وكَانَ مُوْسَى رَاعِيًا
“Adalah Nabi Dawud seorang tukang pembuat baju besi, Nabi Adam adalah seorang petani, Nabi Nuh seorang tukang kayu, Nabi Idris seorang penjahit, dan Nabi Musa adalah seorang penggembala”
Kembali mengingatkan dan memantapkan keimanan akan kesempurnaan Islam yang di antara kesempurnaan itu adalah ajaran dan ajakan Islam agar manusia gemar bercocok tanam. Dalam Alqur’an ada lebih dari dua puluh ayat yang secara spesifik menyebutkan tentang aktivitas pertanian, berkebun dan bercocok tanam. Salah satunya adalah firman Allah azza wajalla :
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”
Rasulullah Saw, seperti diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةً
“Tidak ada seorang muslim yang menanam tanaman atau menabur benih (tanaman) lalu bisa makan darinya (tanaman atau bibit itu) seekor burung, seorang manusia atau seekor binatang kecuali sebab itu bagi dirinya (ada nilai) sedekah” (HR Bukhari no 2320 Kitab al Hars waz Zira’ah)
Dari hadits ini bisa diambil pelajaran :
- Hanya seorang muslim yang mendapatkan pahala di akhirat kelak bila menanam. Sementara orang kafir, maka tidak mendapatkan balasan atas kebaikannya itu kecuali hanya di dunia saja.
- Orang yang menanam senantiasa akan mendapatkan pahala betapapun ia bukan pemilik tanaman. Sekedar sebagai buruh atau tanaman itu telah menjadi milik orang lain. Jabir ra meriwayatkan :
Sesungguhnya Nabi Saw memasuki kebun kurma milik seorang wanita Anshar bernama Ummu Mubassyir. Nabi Saw bertanya : “Siapakah orang yang menanam pohon ini? Seorang muslim atau seorang kafir?” Ummu Mubassyir menjawab : “Seorang muslim” lalu beliau Saw bersabda : “Seorang muslim tidak menanam sebuah tanaman, dan tidak pula menabur satu benih sehingga bisa makan dari tanaman itu seorang manusia, hewan dan apapun kecuali tanaman itu sedekah baginya”.
- Orang yang menanam bahkan tetap mendapatkan pahala sedekah dari tanaman atau hasilnya yang barangkali dicuri maling. Jabir ra meriwayatkan:
“Tiada seorang muslim yang menanam satu tanaman kecuali apa yang dimakan darinya adalah sedekah baginya. Dan apa yang dicuri darinya sedekah baginya. Apa yang dimakan oleh hewan liar darinya sedekah baginya. Apa yang dimakan oleh burung darinya sedekah baginya. Dan tidak seorang pun memanen darinya kecuali baginya ada nilai sedekah”
- Keutamaan bercocok tanam, dan bahwa aktivitas menanam adalah aktivitas ibadah yang sangat mungkin juga menjadi salah satu amal jariyah. Selama tanaman itu dimanfaatkan oleh manusia, binatang dan seluruh makhluk hidup, maka selama itu pula orang yang menanam mendapatkan pahala. Jadi sedekah jariyah bisa sangat luas sekali maknanya. Tidak hanya terbatas membangun masjid, mushalla atau pesantren saja.
- Diperbolehkan memiliki pekerjaan tetap. Adapun hadits yang menjelaskan larangan memiliki pekerjaan tetap, maka memiliki makna peringatan dan kewaspadaan agar jangan sampai pekerjaan tetap yang pada akhirnya menjadi hobi bisa melalaikan seseorang dari Allah dan jangan pula sampai membuatnya mencintai dunia sehingga melalaikan akhirat.
Pentingnya menanam dan aktivitas bercocok tanam dalam pandangan islam juga bisa dilihat dari keabsahan memelihara anjing untuk kepentingan menjaga tanaman pertanian atau hewan ternak. Rasulullah Saw, seperti diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bersabda :
مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيْرَاطٌ إِلَّا كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
“Barang siapa memelihara anjing maka sesungguhnya setiap hari pahala (amal kebaikannya) berkurang satu Qirath, kecuali anjing pertanian atau peternakan”
Pada dewasa ini, aktivitas bercocok tanam (Sedekah Pohon) dan menanam pohon, terutama pohon yang bisa berbuah, menjadi semakin urgen dilakukan seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia serta semakin bertambah panasnya iklim dunia. Ia, Sedekah Pohon dan tanaman bukan hanya memberikan manfaat secara fisik berupa daun, buah, ranting, tangkai dan batangnya, tetapi hijau pohon juga memberikan sumbangan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama manusia. Jadi Sedekah Pohon juga sekaligus sedekah oksigen. Apalagi, sekali lagi, dalam kondisi sekarang ini di mana kerusakan hutan menjadi semakin parah oleh ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan sesaat. Hutan digunduli dengan penebangan liar dan bahkan dengan pembakaran hutan. Aksi pengalihan hutan menjadi lahan pertanian (deforestasi) menjadi begitu masif, nyaris tidak terbendung. Semua itu karena UUD (ujung-ujungnya duit) sebagai tujuan para pengambil kebijakan yang berkhianat kepada rakyat yang bersekongkol dengan pengusaha nakal. Dalam konteks bumi Indonesia, harian kompas halaman 7 edisi selasa 22 september 2015 menulis.
[Kajian komprehensif Lembaga Forest Watch Indonesia dan Global Forest Watch pada 2001 menyimpulkan, tutupan hutan Indonesia yang pada 1950 masih 162 juta hektar telah menyusut drastis lebih dari separuhnya, yakni sekitar 98 juta hektar pada 1990-an. Bersamanya turut susut pula harta karun hayati Indonesia. Bayangkan, Indonesia yang daratannya hanya 1,3 persen dari seluruh daratan dunia, diyakini memiliki 16 persen dari semua jenis burung, 10 persen dari semua jenis mamalia, dan 11 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia]
Sampai di sini semoga bisa menggugah hati kita untuk tidak sekedar rajin menebang pohon, tetapi juga harus diimbangi dengan rajin menanam dan rajin bercocok tanam. Berbanggalah engkau wahai para penanam pohon karena pahalamu terus mengalir meski tubuhmu telah larut di dalam tanah. Berbahagialah kalian wahai para petani karena anda sekalian adalah orang-orang yang banyak sedekah; baik kepada manusia, tikus atau bahkan hama penyakit. Apa yang anda lakukan jika diniati karena Allah sama sekali tidak ada yang tersia-sia. Tentu kalian harus bersabar menerima perlakuan para tengkulak yang senantiasa mempermainkan harga di saat panen raya. Semoga senantiasa diberikan kesabaran dan tidak meninggalkan aktivitas pertanian meski seringkali menjadi pihak yang terzhalimi. Semestinya, sebagaimana guru, anda juga menerima insentif dari pemerintah. Akan tetapi realita ternyata tidak demikian halnya. Abu Umamah ra suatu ketika melihat alat untuk membajak sawah lalu beliau mengatakan :
[Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda :
لَا يَدْخُلُ هذَا بَيْتَ قَوْمٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللهُ الذُّلَّ
“(alat) ini tidak berada di satu rumah kecuali Allah memasukkan kerendahan di dalam rumah tersebut”]
Imam Ibnu at Tin berkata : Hadits ini termasuk nubuwat Rasulullah Saw tentang hal yang gaib karena kondisi yang bisa disaksikan sekarang ini adalah bahwa kebanyakan kezaliman terjadi dan menimpa para petani.
= والله يتولي الجميع برعايته =