Hadits Ke 9 | usaha dengan Jalan Maksiat
Hadits Ke 9. Rosululloh Bersabda :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ مَنْ حَاوَلَ أَمْرًا بِمَعْصِيَةٍ كَانَ أَبْعَدَ لِمَا رَجَا وَأَقْرَبَ لِمَجِيْءِ مَا اتَّقَى
Dari Anas Bin Malik, Nabi ﷺ pernah bersabda. “Barangsiapa mengupayakan sesuatu urusan dengan cara maksiat, maka hal itu akan menjadikannya menjauhi dari apa yang dia inginkan dan justru akan semakin mendekati apa yang di khawatirkannya.” (HR. Abu Nuaim)
Setiap manusia hidup pasti memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan pokok ataupun untuk nalurinya. Untuk memenuhi kebutuhan itu tentunya banyak sekali cara yang digunakan, bahkan sampai muncul istilah menghalalkan segala cara, yakni apapun caranya harus ditempuh untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Kalimat tersebut cukup menjadi sihir untuk mendongkrak semangat seseorang, namun jika di pikir lebih lanjut, ternyata kalimat itu berpotensi berakibat fatal. Mengapa demikian? “Menghalalkan segala cara”, kata Halal artinya boleh, menghalalkan berati membolehkan menggunakan cara apapun demi terwujudnya tujuan, tidak pandang apakah itu legal atau tidak, mengambil hak orang lain ataupun tidak, bahkan tidak peduli haram ataukah tidak. Inilah fatalnya.
Mengapa fatal, iya, karena jika cara yang digunakan adalah adalah maksiat, maka justru semakin mendekati apa yang dikhawatirkannya, seperti yang tercantum pada hadits di atas. Artinya, selain tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki, ia juga harus menerima kenyataan pahit akibat dari cara salah yang digunakannya. Maksiat adalah segala tindakan yang tidak sesuai dengan aturan Allah. Maksiat juga bisa berarti durkaha kepada Allah karena tidak mematuhi perintahnya.
Allah yang maha kuasa menciptkan manusia, juga menciptakan aturan-aturan (syariat) yang menjadikan manusia menuai kebahagiaan dirinya, baik di dunia ini maupun di akhirat. Ketika manusia mau menjalankan aturan tersebut, pasti ia akan bahagia, sekalipun tidak menyadari hikmahnya, dan siapapun yang tidak menggunakannya (maksiat), justru akan menuai kesengsaraan dan menghancurkan karirnya, sekalipun sudah dirancang akalnya.
Berikut beberapa contoh yang layak kita perhatikan.
Kebutuhan Pokok.
Kebutuhan pokok yakni kebutuhan yang harus dipenuhi, jika tidak terpenuhi maka akan mati. Kebutuhan ini seperti butuh pada makan, minum dan tidur. Tujuan utama dalam pemenuhan ini adalah agar terpenuhinya kebutuhannya dan tidak mendapatkan efek negatif darinya. Dalam hal ini, Allah telah membuat aturan, yakni seorang manusia harus mencari jenis makanan yang halal, dan cara yang digunakan juga halal.
Makanan halal adalah setiap makanan yang layak dikonsumsi bagi manusia. Sementara makanan haram adalah yang tidak layak. Semua makanan yang layak dikonsumsi, dihalalkan oleh Allah , sedangkan yang tidak layak, yang haram, itu semua adalah demi kemaslahatan manusia. Karena setiap makanan akan membawa dampak perilaku seseorang. Baik buruknya tindakan adalah tergantung halal tidaknya makanan.
Contoh makanan yang diharamkan Allah adalah seperti babi, anjing, binatang buas, segala yang menjijikkan dan lain sebagainya. Semua itu haram agar manusia tidak terjangkit penyakit dan karakter hewan yang dimakannya.
Ketika seseorang memilih makanan sesuai dengan aturan Allah, dia akan menjadi sehat, rajin beribadah dan berakhlak baik. Begitu juga sebaliknya, Jika tidak mengindahkan aturan itu, siap-siap akan mengalami kemunduran kesehatan, perilaku bahkan akan menjerumuskannya pada neraka. Naudz Billah.
Selain jenis makanan halal, cara yang digunakan juga haruslah halal. Terkait mana cara yang halal ini sudah diterangkan Allah dalam bab fiqh, seperti Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dan lain sebagainya. Semua cara yang halal adalah berasas saling menguntungkan, dan semua cara yang haram dilakukan adalah karena ada unsur merugikan orang lain sehingga menggunakannya menjadikan manusia sendiri tidak bahagia.
Ilmu
Aturan yang dibuat Allah dalam mencari ilmu adalah meniatkannya untuk mendapatkan ridha Allah. Dan melarang bertujuan untuk mendapatkan ridlo dari selainnya. Ilmu sangat tinggi nilainya disisi Allah. Para pencari ilmu jika sesuai dengan aturan Allah maka ia akan mendapatkan kemuliaan yang banyak, antara lain :
- Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga
- Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
- Orang yang paling takut kepada Allah Taala adalah orang yang berilmu
- Allah Taala akan mengangkat derajat orang yang berilmu
- Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
- Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi
- Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
Dan masih banyak sekali keutamaan orang yang berilmu yang sepantasnya dijelaskan pada bab tersendiri. Namun jika pencari ilmu tidak mengindahkan aturan Allah, justru ilmunya menjadi sebab celakanya, baik di dunia maupun akhirat, naudz billah. Seperti hadits berikut :
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Siapa yang belajar agama karena selain Allah -atau ia menginginkan denagn ilmu tersebut selain Allah-, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka.” Sampai Rasulullah ﷺ sendiri pernah berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” Dan masih banyak lagi ancaman untuk pencari ilmu, ulama yang justru membuatnya celaka dunia akhirat karena salah tidak mengindahkan aturan Allah.
Jabatan
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya : Beriman dan Beramal Shaleh, Niat yang Lurus, Laki-Laki, Tidak Meminta Jabatan, Berpegang pada Hukum Allah, Memutuskan Perkara Dengan Adil, Menasehati rakyat, Tidak Menerima Hadiah, Tegas dan Lemah Lembut. Jika seseorang mendapatkan jabatan sesuai dengan aturan Allah, Allah akan memberikan keistimewaan kepadanya, diantaranya adalah hadits berikut :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَحْتَ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، إِمَامٌ مُقْسِطٌ وَرَجُلٌ لَقِيَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ جَمَالٍ وَمَنْصِبٍ فَعَرَضَتْ نَفْسَهَا عَلَيْهِ فَقَالَ: إنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ فِي صِغَرِهِ فَهُوَ يَتْلُوهُ فِي كِبَرِهِ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ بِيَمِينِهِ فَأَخْفَاهَا عَنْ شِمَالِهِ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي بَرِّيَّةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ خَشْيَةً مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ لَقِيَ رَجُلًا فَقَالَ: إنِّي أُحِبُّك فِي اللَّهِ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ وَأَنَا أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ
Tujuh Golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari (Kiamat) dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya :
- Pemimpin (imam) yang adil.
- Lelaki yang diajak berbuat zina oleh seorang wanita yang memiliki kekuasaan dan kecantikan dan dia berkata ‘saya takut kepada Allah’
- Lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid
- Seseorang yang belajar Al Quran pada masa kecilnya lalu ia tetap rajin membacanya ketika dia dewasa.
- Orang yang bersedekah kemudian dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya.
- Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis
- Dua orang yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah.
Tujuh orang diatas adalah orang-orang istimewa sehingga saat di akhirat-pun Allah mengistimewakannya. Dari sekian banyak orang, ternyata urutan pertama adalah seorang pemimpin yang adil. Ini adalah istimewanya istimewa. Selain juga menunjukan betapa beratnya menjadi seorang pemimpin yang adil. Hadits Ke 9
Dan sebaliknya, jika seseorang menjalankan jabatannya tidak sesuai dengan aturan Allah, maka akan terjadi kehancuran, baik untuk dirinya sendiri juga kepada orang-orang yang dibawah kendalinya. Seperti ayat di bawah ini :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS Muhammad : 22)
Pada ayat diatas, ada isyarat jika kepemimpinan tidak dijalankan sesuai dengan aturan Allah, minimal akan terjadi dua hal, (1) kerusakan di muka bumi (2) terjadi cerai berai. Dua hal itu adalah hal yang sangat mengerikan dalam kehidupan manusia. Naudz billah min dzalik
Harta
Mencari rizki dari jalan yang halal merupakan hal yang sangat mulia, namun tidak sedikit yang mencari jalan pintas yang mereka anggap pantas sehingga terjerumus kepada yang haram. Alhasil, rizki yang ia dapat bukan membawa berkah malah membawa malapetaka. Allah SWT memerintahkan kita mencari rizki yang halal agar makanan yang yang kita konsumsi menjadi halal. Kenapa demikian?
Doanya dikabulkan
Sebagaimana perintah Rasulullah ﷺ ketika Saad bin Abi Waqas berdiri seraya memohon agar doanya dikabulkan, lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan :
يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ،
“Wahai Saad, makanlah yang baik, doamu pasti dikabulkan”. (HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas)
Di jamin masuk surga
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa berani menjamin kepadaku keselamatan lidahnya dan farjinya, maka aku jamin dia masuk surga”. (HR. Bukhari no 6474 dari Sahl bin Saad)
Keselamatan lisan, selain menjaga lisannya dari melakukan dosa lisan, juga berarti jaminan keselamatan perut, yakni harus makan yang halal dan baik, karena semua makanan dan minuman lewat dari lisannya. Hadits Ke 9
Hadits ini juga memberikan isyarat bahwa keselamatan lisannya dengan menjaga dari makanan haram, akan memudahkan seseorang terhindar dari kejahatan farji, sehingga dia dimudahkan masuk surga.
Dan masih banyak sekali keistimewaan orang yang makan halal yang menjadikannya bahagia dunia akhirat. Hadits Ke 9
Namun sebaliknya, jika seseorang mencari harta dan makannya tidak mengindahkan aturan Allah, justru dia akan terjerumus dalam kerugian dan kesengsaraan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Doanya tidak dikabulkan
Sebagaimana potongan hadits ini :
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟
“Lalu Rasulullah ﷺ menyebutkan kisah seorang laki-laki yang sudah mengadakan perjalanan yang panjang, rambutnya acak-acakan dan berdebu, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke atas dan berdoa ya Rab Ya Rab, sementara makannya haram, pakaiannya haram, dan sejak kecil diberi makan haram, bagaimana bisa doanya di kabulkan?” (HR. Muslim no 1015 dari Abi Hurairah) Hadits Ke 9
Dalam hadits di atas, seorang laki-laki yang disebutkan Rasulullah telah berada dalam kondisi penghambaan yang sempurna, berada tengah diperjalanan dan kondisinya sangat layak untuk dikasihani, dan dia pun bermohonnya kepada Allah, namun Allah yang maha mengabulkan doa pun enggan mengabulkan doanya, gara-gara 1 hal, yaitu menggunakan fasilitas haram.
Amalnya tidak diterima selama 40 hari.
Ini mengerikan sekali, Allah yang maha bersyukur enggan menerima amal baik seseorang selama 40 hari kerena 1 hal, yakni ada makanan haram dalam tubuhnya. Dan ini sampai disabdakan Rasulullah ﷺ dan beliau sampai bersumpah. Padahal Rasulullah ﷺ tidak sumpahpun sabdanya adalah benar.
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا
“Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangannya, sungguh seorang hamba mengambil sesuap makan haram lalu dimasukkan perutnya, maka sungguh amalnya selama 40 hari tidak akan diterima”. (HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas) Hadits Ke 9
Terseret ke Neraka
Ini adalah perihal yang sangat menyengsarakan dalam hidup manusia yang semestinya sangat perlu dijadikan pertimbangan saat akan melakukan perbuatan haram, yakni terseret ke Neraka. Namun hal itu terkadang di lupakan karena neraka belum tampak kasat mata di depannya.
Rasulullah ﷺ bersabda :
وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Setiap hamba yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, maka yang paling layak mengambil daging itu adalah neraka”. (HR. Thabarani dari Abdullah Bin Abbas) Hadits Ke 9
Artinya ketika seseorang telah menggunakan fasilitas haram, baik makanan ataupun lainnya maka ia pasti akan terseret untuk melakukan perkata haram juga, rela ataupun terpaksa, sehingga ia di akhirat akan diseret api neraka. Naudz billah min dzalik. Selain 3 hal di atas, masih banyak lagi hal yang sangat merugikan seorang hamba karena tidak menggunakan cara yang sudah dibuat Allah. Dari pentingnya memilih yang halal ini, sampai dikatakan Kalam hikmah,
الْجَارُ قَبْلَ الدَّارِ، الْحَلَالُ قَبْلَ الْمَالِ، الرَّفِيقُ قَبْلَ الطَّرِيقِ
Pilihlah dahulu siapa tetanggamu sebelum memilih rumah, pilihlah yang halal sebelum menghitung berapa untungnya, pilihlah siapa temanmu sebelum melangsungkan perjalanan.
Dan pada zaman mendekati kiamat nanti, salah satu tandanya adalah harta yang halal menjadi langka. Mayoritas harta saat itu adalah haram, dan itu bisa jadi adalah zaman ini dan akan semakin memburuk di kemudian hari. Sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Hudaifah bin Al Yaman dari Rasulullah ﷺ :
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ سَيَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ لَا يَكُونُ فِيهِ شَيْءٌ أَعَزَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ أَخٍ يَسْتَأْنِسُ بِهِ، أَوْ دِرْهَمٍ حَلَالٍ، أَوْ سَنَةٍ يُعْمَلُ بِهَا
Akan datang kepada kalian satu masa dimana pada saat itu ada tiga hal yang sangat langka : (1) saudara yang menetramkan (2) uang halal (3) sunnah yang dikerjakan. (HR. Abu Nuaim)
Jenis Kelamin
Setiap manusia pasti membutuhkan penyaluran biologisnya. Jika sudah tersalurkan, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan.
Allah telah memberikan aturan yang sangat indah. Kebutuhan itu diberikan dan diatur oleh Allah sehingga kebutuhan itu terpenuhi dan berada dalam kondisi terhormat, yaitu dengan cara menikah dan melarang menggunakan cara zina. Sebagian agama memangkas penyaluran itu sehingga justru terjadi banyak perzinahan secara tersembunyi, dan sebagian ideologi justru memberikannya secara bebas tanpa ada aturan (free sex) yang justru berakibat manusia tidak mempunyai kehormatan.
Jika seseorang ingin menyalurkan hasratnya, maka pilihlah dengan cara menikah, nanti hidupnya pasti akan mulia dan terhormat. Namun jika memilih berzina, justru akan semakin membuatnya tidak mempunyai harga diri. Hadits Ke 9
Agama Islam sendiri telah melarang keras melakukan perzinahan, karena dampak negatif tersebut. Sampai Allah batasi juga jalan-jalan yang mengarah kepada Perzinahan, seperti pria dan wanita harus menundukkan pandangan, wanita sebaiknya tinggal di rumah, jika pun keluar maka harus mengenakan hijab dan tidak bertabarruj (melakukan tidakan yang menarik penglihatan ajnabi), dilarang berduaan (khalwat), jika pun sedang berkumpul, maka tidak boleh bercampur (ikhtilath) dan lain-lain yang bisa mengarah kepada perzinahan.
Jika ingin mulia, gunakanlah cara Allah, karena itu akan mendekatkan kepada tujuan hakiki anda, jangan sekalipun menggunakan cara lain (maksiat) karena itu akan semakin menjauhkan dari yang diharapkan, dan semakin mendekati kepada yang dikhawatirkan. Hadits Ke 9
Itulah beberapa hal yang menjadi contoh dampak positif dan negatif dari sebuah perkara yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Kita berdoa semoga kita ditolong Allah agar senantiasa mengerjakan segala hal yang sesuai dengan aturan Allah sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Amin
وَاللَّهُ يَتَوَلَّى الْجَمِيعَ بِرِعَايَتِهِ