Dzikir itu adalah sedekah
Dzikir | Sebenarnya sedekah dua ribu rupiah secara rutin setiap pagi atau setiap hari dalam kondisi ekonomi masyarakat yang begitu sejahtera seperti sekarang ini bukanlah hal yang susah. Akan tetapi untuk bisa rutin memang itu memerlukan waktu. Setelah bisa merutinkan sedekah maka yang juga harus dilatih adalah memperbanyak sedekah. Artinya kita tidak boleh puas dan membiarkan angka sedekah kita stagnan. Kita harus berfikir untuk meningkatkan nominal sedekah yang telah berhasil dikeluarkan setiap bulan. Rasulullah Saw bersabda :
يَآأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ قَبْلَ أَنْ تَمُوْتُوْا وَبَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ تُشْغَلُوْا , وَصِلُوْا الَّذِي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ لَهُ وَكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِى السِّرِّ وَالْعَلَانِيَّةِ تُرْزَقُوْا وَتُنْصَرُوْا وَتُجْبَرُوْا…
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati. Bersegeralah melakukan amal saleh sebelum kalian sibuk. Sambunglah (ikatan) antara dirimu dan antara Tuhanmu dengan banyak ber dzikir kepada-Nya dan banyak bersedekah baik secara samar maupun terang-terangan, (dengan demikian) maka kalian akan selalu diberikan rizki (yang luas), diberi kemenangan (kesuksesan) dan diberikan kemujaraban do’a…”
Dalam hadits ini Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ada dua hal yang harus disandingkan yaitu banyak ber dzikir dan banyak bersedekah di mana kedua amalan yang tidak bisa dilakukan kecuali melalui proses pembelajaran ini, ternyata berfungsi sebagai usaha seorang hamba mengikatkan dirinya dengan Allah azza wajalla. Jadi meski secara nyata sedekah itu diberikan kepada sesama manusia tetapi pada hakikatnya itu adalah ikatan yang menghubungkan seorang yang bersedekah dengan Allah.
Kesadaran seperti ini akan semakin memudahkan seseorang untuk bisa ikhlas, tulus dalam bersedekah tanpa ada sedikitpun perasaan ingin dipuji atau balas budi dari orang yang menerima sedekah. Biarkanlah Allah sendiri yang memberikan pahala. Jadi ketika bersedekah dan memperbanyak sedekah maka harus pula hati belajar untuk hanya memberi dan tak harap kembali, apapun bentuknya, sebagaimana nyanyian kasih sayang ibu.
Hanya memberi dan tak harap kembali ini bisa pula dipelajari dari kisah masa lalu dari seseorang bernama Qaes bin Saad. Ketika itu bersama seorang teman Qaes menginap di rumah penduduk pedalaman. Kebetulan pada mulanya tuan rumah yaitu sang suami sedang pergi. Ketika ia datang isterinya bilang : “Kita kedatangan dua orang tamu” mengetahui ada tamu maka suami itu segera menyembelih seekor unta, memasak dan menyuguhkannya. Esok hari, kembali ia menyembelih seekor unta. Qaes bilang : “Daging unta yang kemarin, baru sedikit yang kami makan” tuan rumah menjawab : “Saya tidak biasa menyuguh tamu dengan makanan yang kemarin”
Karena cuaca yang buruk mereka berdua terpaksa berada di rumah tersebut selama beberapa hari dan setiap hari pula tuan rumah menyembelih untanya. Sampai pada hari di mana mereka pamit, Qaes sengaja memberikan kantung uang berisi seratus dinar dan menitipkan nya kepada isteri tuan rumah karena kebetulan ia sedang sibuk di luar. Pagi hari itu Qaes pun melanjutkan perjalanan. Ia terus berjalan sehingga sampai siang hari, tiba-tiba suara teriakan orang di belakang menghentikan langkahnya. Suara itu berkata : “Berhenti wahai anda musafir tercela, apakah anda membayar upah suguhan kami. Ambil uang ini, dan jika tidak maka saya akan menusuk anda dengan tombak saya!” Qaes pun terpaksa mengambil kembali uangnya.
Ketika seseorang berhasil memadukan banyak dzikir banyak sedekah maka dijanjikan oleh Rasulullah Saw akan mendapatkan tiga keuntungan yaitu : 1) diberikan rizki yang luas, 2) diberikan kemenangan (kesuksesan) dan 3) dijadikan sebagai seseorang yang mudah dikabulkan do’anya.
Banyak dzikir banyak sedekah, lalu kapankah seseorang masuk dalam ketegori ini? Untuk masuk kategori banyak dzikir mungkin bisa dengan shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah serta membaca wirid-wirid usai shalat dan wirid pada siang dan petang hari. Selanjutnya untuk meraih predikat banyak sedekah maka perlu memperhatikan kriteria berikut ini :
- Bersedekah tidak hanya satu buah untuk satu jenis barang yang disedekahkan.
- Bersedekah separuh dari harta yang dimiliki sebagaimana kisah Sayyidina Umar ra sewaktu perang Tabuk.
- Bersedekah sepertiga dari hasil yang didapatkan sebagaimana kisah awan yang hanya menyirami sawah seseorang di tengah gurun sahara.
- Hanya mengambil hasil kerja sekedar kebutuhan diri dan keluarga, sedang sisanya disedekahkan seluruhnya sebagaimana sedekah Abu Bakar ra. Inilah yang dalam konsep zuhud disebut zuhud fil atha’ yaitu zuhud ketika memberi, artinya harta diberikan semua kecuali hanya sekedar untuk kebutuhan darurat pribadi dan keluarga.
= والله يتولي الجميع برعايته =