Amal Jama’i dan Amal Fardi Menggugah Kekendoran
Allah ta’ala berfirman :
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا…
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali….”
Adanya suatu ketaatan dan kepatuhan (assam’u wat tho’ah) kepada Ro’is (Amir) dalam sebuah jamaah merupakan suatu keniscayaan yang mendasar. Bahkan kekokohan dan kekuatan jamaah itu bisa diukur dari seberapa besar ketaatan dan kepatuhan yang diberikan. Mana kala ikrar, qosam (sumpah) atau ‘ahd (untuk menuju baiat dalam sistem kekhilafahan) diberikan, maka semenjak itu dimulailah kesadaran untuk taat dan patuh. Nilai dari ikrar, qosam atau ‘ahd sesungguhnya ada pada ketaatan dan kepatuhan.
Sebagai sarana ketaatan dan kepatuhan kita telah menetapkan iltizamat (keterikatan-keterikatan) tertentu. Berulang kali iltizamat itu kita tegaskan di setiap kesempatan. Kalau dahulu ukuran iltizamat itu dirasakan keberatan, kita pun sudah menguranginya agar sebisanya diamalkan. Akan tetapi kekendoran bahkan kemandegan tampak menjadi gejala yang menghinggapi sebagaian besar di antara kita. Gejala ini seandainya terus berlangsung, dan kita pada akhirnya mengabaikan bahkan terbiasa atas kelalaian ini, kiranya bukan saja keberadaan jamaah ini berjalan mundur, namuan dari kita pun akan terhalang dari keberkahan adanya ikrar, qosam dan ‘ahd jamaah ini.
Al Habib Abdulah bin Alawi Al Haddad dalam Kitabul Hikam halaman 8 berkata :
مَنْ تَعَوَّدَ نَقْضَ الْعَزَائِمِ حِيْلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْغَنَائِمِ
“Barang siapa membiasakan melanggar iltizamat-iltizamat (yang sudah dipastikan), maka terhalanglah antara dirinya dengan ghanimah (keberuntungan).”
Atas keadaan ini maka diperlukan suatu gerakan kebangkitan untuk menggugah bahkan memperbarui semangat kita dalam berjamaah, juga untuk menbangun kesadaran ulang ikrar, qosam dan ahd keja’maahan kita. Iltizamat-iltizamat kejama’ahan walaupun berbentuk kekuatan-kekuatan moral harus disadari kedudukannya amat strategis bagi keberhasilan taktik kita dalam berdakwah. Sejarah masa lalu membuktikan setiap kali umat Islam menggapai keberhasilan, pasti keadaan itu dimulai dari kekuatan akhlak mereka kepada Allah ta’ala juga akhlak meraka kepada sesama makhluk.
Amal (praktek) kita melaksanakan iltizamat adalah bukti keseriusan kita berjamaah. Amal itu identitas yang asasi dari ikrar, qosam dan ‘ahd kita. Maka marilah kita bersemangat kembali, membangkitkan nurani untuk beramal dalam wadah kejamaahan, baik amal jama’i (amal bersama) maupun amal fardi (amal pribadi).
Oleh karena itu kami instruksikan sebagai gerakan kejamaahan kita :
- Amal Jama’i
a. Untuk pertautan hati yaitu dengan Qiyamul Lail dan Munajat.
b. Untuk memperkuat dan menyatukan pemikiran dengan mengikuti pengajian dan pembinaan secara berkesinambungan.
c. Untuk memperkuat interaksi antar jamaah dengan pertemuan tahunan sebagai refleksi dan evaluasi.
- Amal Fardi:
Melaksanakan segala kewajiban orang Islam di samping mengamalkan wirid qouli (ucapan) maupun wirid fi`li (aktivitas) seperti sedekah rutin dan istiqomah mengajar dan sebagainya) - Do
a-Do
a :
Dalam qiyamullail dan munajat mengamalkan doa-doa berikut :
أَللّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ …
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَوَسِّعْ لِي فىِ رِزْقِي وَبَارِكْ لِي فِيْمَا رَزَقْتَنِي وَاجْعَلْنِي مَحْبُوْبًا فِى قُلُوْبِ عِبَادِكَوَعَزِيْزًا فِى عُيُوْنِهِمْ وَاجْعَلْنِي وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ يَا كَثِيْرَ النَّوَالِ يَا حَسَنَ الْفِعَالِ يَا قَائِمًا بِلاَ زَوَالٍ يَا مُبْدِئًا بِلاَ مِثَالٍ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمِنَّةُ وَلَكَ الشَّرَفُ عَلَى كُلِّ حَالٍ
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ وَمِنْ عَذَابِكَ أَسْتَجِيْرُ أَصْلِحْ لِىْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِيْ عُصْبَتِي الَّتِى فِيْهَا أُقَرِّبُكَ نَفْسِيْ لِلدَّعْوَة إِلىَ سَبِيْلِكَ مَااسْتَطَعْتُ , إِنْ أُرِيْدُ إِلاّ الْإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيْقِى إِلَّابِكَ , فَاغْفِرْلِي فِيْهَا مَاقَصُرْتُ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ ,أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَىَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلّا أَنْتَ
=واللهُ يَتَوَلَّى الـْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=